Dumai-Kemampuan jurnalis untuk meliput suatu peristiwa di dalam hutan terkait Aktivitas Ilegal Logging di kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai jarang di miliki oleh wartawan.Dengan kondisi medan atau jalan yang berlumpur, berlubang di kawasan hutan, jauh dari pusat kota menjadi tantangan tersendiri memasuki hutan di daerah kecamatan Sungai Sembilan.
Pada hari ini Jumat (15/10/2021), terlihat sebuah mobil Taft menarik gerobak yang berisikan kayu hasil Ilegal Logging. Pemandangan kayu ilegal logging di kecamatan Sungai Sembilan di tarik mobil dobel gardan merupakan suatu hal yang biasa.Sehari tidak kurang dari 200 ton kayu ilegal logging berbentuk papan dan balok tim di angkut dari hutan menuju gudang kayu milik Toke Balak di Sungai Sembilan.
Akibat pembalakan liar di hutan kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai, hutan lindung terancam punah dan habitat Harimau Sumatera akan masuk ke pemukiman masyarakat.Kerusakan lingkungan hidup di hutan Senepis dan Batu Teririp sekitarnya akibat ulah Rw dan anggotanya.Informasi yang akurat, bahwa pengurus Kayu Ilegal Logging dan anggotanya yang Toke Kayu Balak tidak risau dengan pemberitaan Ilegal Logging.Aw dan kawan-kawan sudah merasa aman penebangan kayu di kecamatan Sungai Sembilan berjalan lancar dan aman.Aktivitas Ilegal Logging memang aman.Informasi akurat, untuk kerjasama dengan media, pada bulan September 2021 lalu di sinyalir berkisar Rp.35 juta sedangkan untuk bulan Oktober Rp.30 juta.
Bahkan untuk mengalihkan isu tentang pemberitaan Ilegal Logging, kaki tangan Rw memberitakan gelper di kota Dumai. Padahal, gelper di kota Dumai telah tutup 3 hari lalu.Bukan hanya di Dumai saja gelper tutup, di kota Pekanbaru, Batam dan Medan juga tutup udah 3 hari.Artinya, oknum wartawan yang memberitakan gelper tidak ke lokasi atau istilah media berita tidak Up Date.Penutupan gelper bukan terkait suatu berita di media massa, apalagi kalau media massa tersebut sedikit pembacanya.Makanya, agar suatu berita di baca pengunjung, kadang oknum wartawan mengirim/share berita ke medsos seperti FB dan WA.
Seperti di ketahui, untuk melihat suatu media online banyak pengunjung atau pembacanya setiap hari, dapat di lihat tampilan Alexa membuka Google.Di sana terlihat jelas, suatu media online masuk ranking berapa di Indonesia bahkan dunia.Bahkan pengunjung dan pembaca setiap hari di tampilkan.Di harap masyarakat paham dan mengerti, bahwa suatu media online ada yang di kenal, terkenal dan biasa-biasa saja.
Hal ini perlu di sampaikan ke publik, agar masyarakat tidak anti pati kepada profesi wartawan.Masyarakat harus cerdas melihat oknum wartawan tersebut, apa pernah minta-minta uang ke instansi pemerintahan bahkan ke sekolah-sekolah.Jangan di samakan semua wartawan, karena ada oknum wartawan yang bermodalkan Kartu Pers untuk meminta uang.Ini yang merusak citra profesi wartawan.Bahkan, banyak oknum wartawan yang iri hati jika ada seorang wartawan profesional yang berpenampilan lebih dari mereka. Perusahaan Pers bertanggung jawab terhadap gaji dan kesejahteraan wartawan di mana wartawan tersebut bekerja.
Oknum wartawan yang profesional biasanya menjalin kemitraan dengan perusahaan dan instansi pemerintah dalam bentuk penerbitan iklan, advertorial dan infotorial atau kerjasama dalam penerbitan berita. Sedangkan oknum wartawan yang suka meminta-minta uang, tidak pernah buat berita apalagi mencari iklan.Oknum ini punya kebiasaan yang terus menerus meminta uang.Sekali di beri nanti hari berikutnya juga hanya meminta uang.Bahkan yang sangat ironis, oknum wartawan meminta uang dari suatu tempat usaha namun tempat usaha itu malah di beritakan oknum wartawan itu.(rh)