Dumai-Menarik untuk di telusuri kenapa oknum wartawan kerap mendatangi usaha permainan mesin ketangkasan dengan tujuan di duga untuk meminta uang ? Bahkan, kalau tidak di beri uang di terbitkan berita oleh oknum wartawan.Pada waktu kemaren, seorang oknum wartawan dari luar kota Dumai sibuk menelepon dan kirim pesan lewat WA, minta ketemu, isinya kapan bisa ketemu kapan bisa ketemu.Oknum wartawan yang di hubungi merasa tidak perlu merespon oknum wartawan tersebut.Saya sampai besok masih di Dumai, ujar oknum wartawan dari luar kota Dumai tersebut.Akhirnya, oknum wartawan tersebut bersama seorang rekannya mendatangi lokasi gelper.Ketemu dengan manajemen gelper, oknum wartawan tersebut pulang dengan tangan kosong.Karena kecewa, di duga tidak dapat uang timbullah berita. Apalagi, oknum wartawan yang mendatangi gelper di kota Dumai terpantau lebih dari 200 orang.Jadi tidak heran, bila ada 1-10 orang yang memberitakan gelper di antara 200 orang, karena tidak semua oknum wartawan dapat di penuhi keinginannya, apalagi oknum wartawan yang dari luar kota Dumai.
Oknum wartawan ini terpantau sering keliling wilayah di Propinsi Riau seperti, kabupaten Bengkalis, Siak, Pekanbaru dan Dumai.Dengan mengendarai sepeda motor, oknum wartawan ini singgah dari satu desa ke desa lainnya menjumpai kepala desa, singgah dari satu mafia cpo ke mafia cpo lainnya, singgah dari satu panglong kayu ke panglong kayu lainnya, singgah dari satu gelper ke gelper lainnya.Jadi, kalau oknum wartawan ini memberitakan gelper gara-gara di duga tidak di beri uang, aibnya terbongkar juga.
Kemudian, ada kisah nyata lagi, ketika 3 oknum wartawan dengan mengendarai mobil yang 2 orang adalah sepasang suami istri.Kejadian awal bulan ini, ketika pada pagi hari di buatlah berita pada satu media online berbasis di pulau Jawa tentang suatu tempat usaha gelper di Kota Dumai.Berita yang di terbitkan, di kirim ke WA rekan-rekannya. Maksudnya, agar berita yang terbit itu di kirim oleh rekannya ke pengurus gelper yang di beritakan. Hingga 5 jam berlalu berita itu tidak di respon, sementara waktu menjelang sore harus pulang ke rumah, mobil harus di isi BBM, karena oknum wartawan ini bukan berdomisili di Kota Dumai. Akhirnya, 3 oknum wartawan itu pulang kampung tidak membawa uang yang di harapkannya.Masih banyak lagi kisah dan berita yang terbit tentang gelper di Kota Dumai karena di duga tidak di beri uang berita di terbitkan.
Bahkan, seperti berita yang terbit tentang gelper yang punya ijin usaha di kota Dumai dengan menyebut ada oknum wartawan yang membeking usaha gelper adalah sentimen pribadi.Jangan gara-gara tidak di beri uang oleh usaha gelper timbul sentimen pribadi.Jika, ada oknum wartawan yang keberatan dengan usaha gelper yang punya ijin usaha di kota Dumai, sebaiknya menanyakan legalitas usaha tersebut ke Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.
Penelusuran di lapangan, banyak oknum wartawan di kota Dumai yang tidak suka dengan sosok yang di sebut-sebut katanya humaslah, pengurus gelperlah.Padahal, sosok ini tidak pernah mengaku sebagai humas atau pengurus gelper, karena sosok ini sadar dirinya seorang jurnalis yang mengerti tentang kode etik jurnalistik dan kode prilaku wartawan.
Sebagian manajemen gelper di kota Dumai tidak begitu mengenal orang yang mengaku wartawan datang ke tempat usahanya.Nah di sini, kadang pengurus gelper menanyakan tentang kedatangan oknum wartawan ke tempat usahanya. Sosok wartawan yang satu ini, di mana lebih banyak mengenal identitas oknum wartawan.Kadang, sosok wartawan yang cukup sederhana ini menyampaikan ke pengurus gelper, jangan pernah berikan uang kepada oknum wartawan yang datang ke gelper karena nanti menjadi suatu kebiasaan.Sekali di bantu, terus menerus setiap bulan datang dan memberitahu ke rekan-rekannya yang lain.
Ada lagi kisah, pada tengah malam, seorang oknum wartawan dengan mengendarai roda 4 mendatangi gelper.Oknum wartawan ini masuk ke dalam gelper sembari marah-marah.Di saat melintas di jalan, melihat ada orang yang marah-marah di area parkir. Melihat ada yang ribut di pinggir jalan, menanyakan kepada oknum wartawan yang marah-marah.Ada apa pak ? “Ini Ko, saya dari wartawan sembari mengeluarkan dompet akan mengambil kartu pers.Tidak perlu menunjukkan kartu pers pak, sebut saja dari media mana nanti di lihat tampilan google.Begitu di buka, website media online, oknum wartawan tersebut tidak dapat membuka box redaksi.Yang mana nama bapak, coba di buka, ujar yang di sebut Koko oleh oknum yang mengaku wartawan.Mungkin gangguan jaringan Ko, ujar oknum wartawan yang dari mulutnya berbau minuman keras.Udah kita foto dan nanti kita naikkan beritanya Ko, ancam oknum wartawan tersebut.Naikkan saja beritanya pak, ujar yang di panggil Ko.
Di suatu tempat usaha gelper ada lagi modus dan sandiwara yang di rancang oleh oknum wartawan.Oknum wartawan ini yang bersama seorang rekannya redaksi mendatangi area parkiran gelper.Dengan membuka baju, oknum wartawan sedang mabuk tuak marah-marah.Namun, uniknya rekannya yang redaksi merekam lewat kamera ponsel ke arah oknum wartawan.Jika terjadi sesuatu terhadap rekannya yang oknum wartawan ada bukti rekaman di ponsel.Namun, pengurus gelper tidak terpancing dengan skenario yang di rancang oknum wartawan tersebut.Redaksi oknum wartawan ini menelepon yang katanya pengurus gelper, mengatakan bahwa wartawannya tidak pernah dapat di gelper ini.Sekarang dia mabuk dan marah-marah.Siapa itu yang marah-marah dan apa pekerjaannya, ujar yang di hubungi redaksi tersebut.Wartawan pak, tegas redaksinya Lalu di jawab dengan santai oleh katanya pengurus, kalau dia itu yang mabuk marah-marah itu wartawan buat saja beritanya pak. Mendengar jawaban tersebut, kecewa tidak dapat apa-apa dan tidak bisa ketemu dengan katanya pengurus gelper, kemudian redaksinya mengajak oknum wartawan yang mabuk tuak meninggalkan lokasi gelper.
Penelusuran di Kota Dumai, dari 10 usaha gelper yang mempunyai ijin resmi dari Pemerintah Kota Dumai, hanya 7 yang beraktivitas dan menjalankan usahanya.Faktor resesi ekonomi dan sepinya pengunjung menjadi pemicu tutupnya 3 usaha lain yang serupa.Bulan depan di perkirakan 1 usaha gelper akan menutup usahanya, karena sepi pengunjung, tidak bisa menutupi biaya operasional setiap bulan, seperti biaya listrik dan gaji karyawan.(son)