Infestigasi-dumai-Berita yang terbit di salah satu media online yang mengatakan ada perjudian berkedok gelanggang permainan anak-anak cukup menarik untuk di telusuri.Dalam pemberitaan tersebut tidak ada kata dugaan.Di duga ada oknum kelompok mulai nyinyir, apa ada sutradara terkait pemberitaan ?
Redaksi berusaha menelusuri jejak kasus ini muncul.Di masa kasus pasien Covid-19 di kota Dumai mulai berkurang, pertengahan Juni 2020, Wako Dumai Drs.H.Zulkifli AS selaku ketua tim gugus tugas covid-19 memberi ijin membuka usaha arena permainan mesin ketangkasan dan karaoke keluarga. Namun tiba-tiba, di duga oknum kelompok yang bersuara di media untuk memuat pemberitaan dan setiap hari mendatangi kantor tim gugus tugas Covid-19 di jalan H.R.Subrantas dengan alasan telah meningkatnya kasus pasien Covid-19 di kota Dumai, dan mendesak agar arena permainan mesin ketangkasan dan karaoke keluarga untuk di tutup.Terjadi audensi dengan tim gugus tugas covid-19.Akhirnya, Wakil ketua tim gugus tugas covid-19 menganulir SK yang terlanjur terbit.Arena permainan mesin ketangkasan hanya bertahan 6 hari hingga 27 Juni 2020.Pengusaha arena permainan mesin ketangkasan tetap mematuhi keputusan pemerintah kota Dumai untuk menutup usaha.
Pengusaha memikirkan nasib pekerja yang menjadi pengangguran dan menanti kapan di buka lagi usaha.Di sepakati, seseorang untuk memantau perkembangan pasien Covid-19 yang di rawat di RSUD.Pengusaha juga kembali membuat surat permohonan kepada Walikota Dumai Drs.H.Zulkifli,AS agar di buka kembali usaha arena permainan mesin ketangkasan.Melihat ada peluang untuk buka seiring menurunnya pasien terjangkit Covid-19, pengusaha kembali membuat surat kepada Wako Dumai. Mendengar pengusaha membuat surat permohonan, oknum kelompok ini terus memantau.Kemudian, di atur waktu pertemuan dengan perwakilan pengusaha dengan perwakilan oknum kelompok ini.Oknum kelompok ini tidak di hadiri seluruh anggota.Sebagian pengusaha juga tidak mengirim perwakilan dalam pertemuan tersebut, karena udah tahu arahnya kemana. Informasi yang di dapat, jika buka kelak usaha tersebut, yang setuju dalam pertemuan tersebut di duga bersedia memberi “seribu” setiap bulan / lokasi.
Dalam diskusi Walikota Dumai Drs.H. Zulkifli AS dengan pengusaha arena permainan mesin ketangkasan dan bilyard serta karaoke di Pendopo beberapa waktu lalu, Kapolres Dumai AKBP Andri Ananta Yudhistira SIK,SH dengan keras dan tegas mengatakan, jangan ada kelompok yang mengatas namakan masyarakat namun untuk kepentingan pribadi dan kelompok. Dalam forum diskusi tersebut ternyata tampak hadir oknum kelompok ini walau tidak di undang.Namun, ada juga bagusnya oknum kelompok ini hadir saat itu, dan mendengar langsung pernyataan Kapolres Dumai yang cukup tegas.
Dua pekan setelah pertemuan di Pendopo, tim gugus tugas Covid-19 kota Dumai mewajibkan arena permainan mesin ketangkasan untuk menyiapkan protokol kesehatan.Tim turun ke tempat usaha arena permainan mesin ketangkasan dan di nilai memenuhi syarat untuk di buka kembali.Sepekan setelah buka hingga saat ini, pengusaha mematuhi protokol kesehatan dan jam operasional yang di tetapkan Tim gugus tugas covid-19 kota Dumai.
Setelah sepekan buka dan beroperasi, dugaan kompensasi “seribu”/bulan /lokasi ternyata belum di penuhi pengusaha.Ada apa ? Ternyata, beberapa pengusaha tahu bahwa yang bekerja untuk di bukanya kembali usaha arena permainan mesin ketangkasan adalah bukan dari oknum kelompok ini, melainkan utusan dari pengusaha.
Nah timbul berita beberapa hari lalu, yang mengapresiasi Polsek bukit kapur yang menangkap pelaku usaha gelper.Padahal usaha gelper di bukit kapur tersebut tidak punya ijin usaha arena mesin ketangkasan dari pemko Dumai.Dalam pemberitaan mulai di angkat Prestasi Polres Dumai.
Melihat berita yang terbit tidak berpengaruh dan masih buka arena permainan mesin ketangkasan, hari berikutnya serentak berbagai media di duga oknum yang lain berkomentar dengan isi berita yang hampir sama di beberapa media.Namun arah opini ini mulai terbaca, agar arena permainan mesin ketangkasan di tengah kota juga di tindak.Isu yang di bawa oknum kelompok ini bukan lagi meningkatnya kasus pasien Covid-19 yang di rawat di RSUD, namun ke arah unsur lain.Dalam berita yang muncul tersebut, berkedok gelanggang permainan anak, padahal di arena permainan tersebut, anak di bawah 17 tahun di larang masuk sesuai dengan protokol kesehatan.
Salah seorang perwakilan pengusaha yang hadir dalam pertemuan tersebut mengatakan, bahwa atasannya tahu tentang kompensasi “seribu”/bulan/lokasi, namun hingga saat ini, bos belum beri, pertimbangannya karena baru buka, ujar sumber yang tidak ingin di sebut namanya.Di duga ada “aktor dan pemain” agar para pengusaha bersedia menyetor “seribu”/bulan/lokasi sesuai kesepakatan.Setelah hal ini terpenuhi, mungkin akan muncul beberapa oknum kelompok lain lagi untuk “nyinyir” di media terhadap usaha arena permainan mesin ketangkasan dengan tujuan untuk dapat “jatah”/bulan.
Yang anehnya, ketika suatu lokasi di pegang oleh oknum kelompok, para media di duga takut memberitakan, takut di cari oknum kelompok, namun ketika ada kedekatan rekan dengan para arena permainan, media tidak sungkan untuk memberitakan.Apakah bersih tanpa noda?(rh)